
Sosok Asma
Nadia memang sudah tidak asing bagi sebagian masyarakat Indonesia. Wanita yang baru
saja launching novel terbarunya yang
berjudul “Bidadari Untuk Dewa” ini sudah
menelurkan lebih dari 50 karya lewat buku maupun novel fiksi. Tidak sedikit
pula, novel karya Asma Nadia diangkat menjadi film dan mendulang kesuksesan di
hati masyarakat.
Sebut saja
film 'Surga Yang Tak Dirindukan' yang diadaptasi dari novelnya berhasil menarik
hingga jutaan penonton. Cerita tentang isu poligami dengan balutan kisah drama
pengorbanan wanita ini juga bahkan dibuat dalam dua sesi.
Sebelum menjadi penulis yang terkenal seperti sekarang ini, perjalanan
Asma Nadia cukup berliku. Setelah lulus dari SMA 1 Budi Utomo, Jakarta, Asma
melanjutkan kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian di Institut Pertanian
Bogor. Asma tidak menyelesaikan kuliah yang dijalaninya, karena ia harus
beristirahat. Namun, saat itu Asma masih mempunyai obsesi untuk terus menulis. Ketika
kesehatannya menurun, ia tetap bersemangat menulis.
Dorongan dan semangat yang
diberikan keluarga dan orang yang menyayanginya memotivasi untuk
terus menulis. Asma tetap aktif mengirimkan tulisannya ke majalah Islam. Sebuah
cerpennya yang berjudul Imut dan Koran Gondrong pernah
meraih juara pertama Lomba Menulis Cerita Pendek Islami (LMCPI) tingkat
nasional yang diadakan majalah Aninda pada tahun 1994 dan 1995.
Tidak hanya menulis fiksi, Asma Nadia
juga aktif menulis lirik lagu. Sebagian lirik lagunya terdapat di album Bestari
I (1996), Bestari II(1997), dan Bestari III (2003), Snada
The Prestation, Air Mata Bosnia, Cinta Ilahi,
dan Kaca Diri. Bahkan Asma Nadia juga membuat Soundtrack Surga Yang
Tak Dirindukan.
Lebih lanjut
Asma Nadia mengungkapkan bahwa menulis adalah hobi baginya. Namun, saat remaja,
Asma pernah mengalami patah semangat. Asma mengungkapkan kalau ia mulai menulis
cerpen ketika duduk di bangku SMP. Namun karena sering dicela dan diejek,
semangat nulisnya pun hampir padam.
Seiring
berjalannya waktu, Asma mulai serius untuk menulis dan cerpennya itu dimuat
oleh salah satu majalah. Tulisan cerpen pertamanya itu mengisahkan tentang
kerinduan Asma tentang keponakannya yang telah berada di sisi Tuhan YME.
Semenjak cerpen 'Surat Buat Asadullah di Surga' dimuat oleh majalah Anida, Asma terus menjalankan hobi menulisnya. Meskipun begitu Asma mengakui kalau dia seorang penulis yang tidak percaya diri. Namun, rasa tak percaya dirinya tersebut dapat mendorong dirinya untuk tetap menulis, terus berkarya dan berproses menjadi lebih baik.
Di tahun 2000 Asma Nadia meluncurkan buku pertamanya yang berjudul Lentera Kehidupan. Buku yang menceritakan kisah luar biasa dari orang-orang biasa. Namun Asma tak merasa bangga dengan bukunya itu karena kecewa dengan pihak penerbit yang mendesain covernya.
Sejak saat itu, Asma mulai memiliki ketertarikan pada bidang layout dan desain. Kemudian di tahun 2009, penulis buku 'Emak Ingin Naik Haji' ini merintis penerbitan dengan nama Asma Nadia Publishing House. Tak hanya sekadar penerbit biasa, Asma ingin setiap bukunya itu bukan hanya sekadar sebagai hiburan dan bacaan saja tetapi juga dapat memberikan kontribusi terhadap tercapainya mimpi seseorang.
Diakui Asma, bahwa penerbitan miliknya itu kecil. Dalam setahun hanya
menerbitkan terbit tidak sampai sepuluh buku cuma empat atau lima, tetapi setiap
buku harus inspiring dan harus menggerakkan, harus mengajak ke perubahan
walaupun dengan cara yang sangat sederhana sehingga akan jauh lebih bermakna.
kereeennn nih, beri aplous 👏👏👏
BalasHapuskereeennn nih, beri aplous 👏👏👏
BalasHapusini keren mba Uky...
BalasHapusMantap ini mah...
BalasHapusBagus mba. Jika diceritakan sedikit kenapa mba rizki mengagumi sosok asma Nadia pasti lebih bagus lagi 😊
BalasHapusBagus mba. Jika diceritakan sedikit kenapa mba rizki mengagumi sosok asma Nadia pasti lebih bagus lagi 😊
BalasHapusBagus mbak Uky ..👍
BalasHapusTulisannya bagus, informatif dan menginspirasi pembaca untuk terus berjuang meraih cita sebagai penulis, seperti Asma Nadia ^^
BalasHapusMantap mba ^^
BalasHapus